oral sex mengakibatkan kanker tenggorokan
by reyhan fauzan Selasa, April 13, 2010, under artikel unik
Ada penelitian yang mearik mengenai oral seks, oral seks dapat mengakibatkan masalah penyakit yang berbahaya. oral seks menjadi opsi menarik bagi pasangan yang jenuh dengan posisi bercinta monoton. Sayangnya, tak sedikit dari mereka mengetahui oral seks berbahaya bagi kesehatan. Salah satunya menyebabkan kanker tenggorokan.hiiii..
buktinya Menurut data statistik nasional, kebanyakan orang Amerika memiliki pengalaman seputar oral seks. Data ini diperoleh dari penelitian selama 10 tahun perilaku orang Amerika.
Di negeri Paman Sam tersebut, ditemukan lebih dari setengah remaja dan sekira 90 persen orang dewasa berusia 25 sampai 44 tahun pernah melakukan oral seks dengan lawan jenisnya. Data ini diperoleh dari survei yang dilakukan Centers for Disease Control (CDC) tahun 2002.
buktinya Menurut data statistik nasional, kebanyakan orang Amerika memiliki pengalaman seputar oral seks. Data ini diperoleh dari penelitian selama 10 tahun perilaku orang Amerika.
Di negeri Paman Sam tersebut, ditemukan lebih dari setengah remaja dan sekira 90 persen orang dewasa berusia 25 sampai 44 tahun pernah melakukan oral seks dengan lawan jenisnya. Data ini diperoleh dari survei yang dilakukan Centers for Disease Control (CDC) tahun 2002.
Namun, tahukah Anda bahwa perilaku oral seks juga bisa menyebabkan kanker tenggorokan. “Ya, Anda bisa terjangkit kanker tenggorokan dari kebiasaan melakukan oral seks,” kata Otis Brawley MD, American Cancer Society Chief Medical Officer, yang dikutip okezone dari WebMD, Selasa (23/3/2010).
Brawley menjelaskan, penyakit ini disebabkan oleh virus HPV yang bisa ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seks, termasuk perilaku oral seks.
Penelitian tersebut juga menemukan bahwa beberapa jenis kanker yang berada di pertengahan tenggorokan dan amandel dapat disebabkan oleh jenis human papillomavirus (HPV) tertentu. HPV memang menjadi penyebab terbesar, namun HPV tidak selalu menyebabkan kanker. Jika Anda tidak terekspos HPV ketika oral seks, maka Anda tidak berisiko terkena kanker.
Brawley mengatakan, keterkaitan antara HPV dan kanker tenggorokan dimulai sejak era 1980-an dan awal 1990-an. Para peneliti melihat peningkatan dari jenis kanker di antara orang-orang yang tidak begitu berisiko, seperti peningkatan kanker tenggorokan pada orang-orang berusia 40 tahun yang tidak merokok atau minum. Sedangkan di dekade sebelum, kanker biasanya ditemukan pada orangtua yang merokok dan minum banyak.
Pada tahun 2000-an, para peneliti menggunakan tes DNA untuk menemukan jenis HPV 16 pada semua jenis kanker yang baru. Brawley mangatakan, aktivitas seksual sangat jelas memiliki andil besar di dalamnya.
Lebih lanjut, sebuah studi yang dimuat di “The New England Journal of Medicine” tahun 2007 menunjukkan risiko kanker tenggorokan sangat besar pada orang yang gemar melakukan oral seks. Kanker oropharyngeal atau dikenal dengan nama kanker mulut dan tenggorokan ditemukan pada orang yang gemar melakukan oral seks dengan pasangan seksual yang berbeda-beda.
Penandaan DNA pada HPV tipe 16, paling sering ditemukan pada penderita kanker yang memiliki lebih banyak pasangan oral seks.
“Belum diketahui berapa banyak orang yang terkena infeksi HPV pada tenggorokannya melalui oral seks, atau berapa banyak dari mereka yang terkena kanker mulut dan tenggorokan,” papar Brawley.
Kendati demikian, sambung Brawley, pria dan wanita sama-sama memiliki risiko terkena infeksi HPV pada mulut dan tenggorokan mereka.
“Ini tidak mendiskriminasi gender. Orang-orang yang saya pikir akan sangat tidak mungkin untuk mendapatkan kanker ini, malahan populasi pertama yang memiliki masalah ini," ujar Brawley.
Populasi terbesar yang terkena kanker mulut dan tenggorokan adalah pria heteroseksual berusia 40 sampai 50.
“Dokter tahu, bagaimanapun kanker oropharyngeal yang disebabkan oleh HPV lebih mudah diobati daripada yang disebabkan oleh faktor-faktor lain, seperti merokok dan minum,” kata Brawley.
Memperluas penggunaan vaksin HPV dapat menjadi salah satu pendekatan untuk berkembangnya kanker jenis ini.
“Saya tidak yakin bahwa kita memiliki cukup studi untuk membuat kesimpulan bahwa ini adalah alasan untuk memvaksinasi HPV pada anak laki-laki,” tambah Brawley.
Food and Drug Administration (FDA) telah menyetujui vaksin HPV untuk anak laki-laki berusia 9 sampai 16 tahun. Namun, aksi ini hanya untuk membantu mencegah kutil kelamin pada anak-anak dan remaja, bukan cara untuk mengurangi infeksi HPV akibat perilaku oral seks mereka.
Brawley menjelaskan, penyakit ini disebabkan oleh virus HPV yang bisa ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seks, termasuk perilaku oral seks.
Penelitian tersebut juga menemukan bahwa beberapa jenis kanker yang berada di pertengahan tenggorokan dan amandel dapat disebabkan oleh jenis human papillomavirus (HPV) tertentu. HPV memang menjadi penyebab terbesar, namun HPV tidak selalu menyebabkan kanker. Jika Anda tidak terekspos HPV ketika oral seks, maka Anda tidak berisiko terkena kanker.
Brawley mengatakan, keterkaitan antara HPV dan kanker tenggorokan dimulai sejak era 1980-an dan awal 1990-an. Para peneliti melihat peningkatan dari jenis kanker di antara orang-orang yang tidak begitu berisiko, seperti peningkatan kanker tenggorokan pada orang-orang berusia 40 tahun yang tidak merokok atau minum. Sedangkan di dekade sebelum, kanker biasanya ditemukan pada orangtua yang merokok dan minum banyak.
Pada tahun 2000-an, para peneliti menggunakan tes DNA untuk menemukan jenis HPV 16 pada semua jenis kanker yang baru. Brawley mangatakan, aktivitas seksual sangat jelas memiliki andil besar di dalamnya.
Lebih lanjut, sebuah studi yang dimuat di “The New England Journal of Medicine” tahun 2007 menunjukkan risiko kanker tenggorokan sangat besar pada orang yang gemar melakukan oral seks. Kanker oropharyngeal atau dikenal dengan nama kanker mulut dan tenggorokan ditemukan pada orang yang gemar melakukan oral seks dengan pasangan seksual yang berbeda-beda.
Penandaan DNA pada HPV tipe 16, paling sering ditemukan pada penderita kanker yang memiliki lebih banyak pasangan oral seks.
“Belum diketahui berapa banyak orang yang terkena infeksi HPV pada tenggorokannya melalui oral seks, atau berapa banyak dari mereka yang terkena kanker mulut dan tenggorokan,” papar Brawley.
Kendati demikian, sambung Brawley, pria dan wanita sama-sama memiliki risiko terkena infeksi HPV pada mulut dan tenggorokan mereka.
“Ini tidak mendiskriminasi gender. Orang-orang yang saya pikir akan sangat tidak mungkin untuk mendapatkan kanker ini, malahan populasi pertama yang memiliki masalah ini," ujar Brawley.
Populasi terbesar yang terkena kanker mulut dan tenggorokan adalah pria heteroseksual berusia 40 sampai 50.
“Dokter tahu, bagaimanapun kanker oropharyngeal yang disebabkan oleh HPV lebih mudah diobati daripada yang disebabkan oleh faktor-faktor lain, seperti merokok dan minum,” kata Brawley.
Memperluas penggunaan vaksin HPV dapat menjadi salah satu pendekatan untuk berkembangnya kanker jenis ini.
“Saya tidak yakin bahwa kita memiliki cukup studi untuk membuat kesimpulan bahwa ini adalah alasan untuk memvaksinasi HPV pada anak laki-laki,” tambah Brawley.
Food and Drug Administration (FDA) telah menyetujui vaksin HPV untuk anak laki-laki berusia 9 sampai 16 tahun. Namun, aksi ini hanya untuk membantu mencegah kutil kelamin pada anak-anak dan remaja, bukan cara untuk mengurangi infeksi HPV akibat perilaku oral seks mereka.
artikel yang terkait
daftar isi
chat blog reyhan
TRANSLATE
Labels
- artikel unik (263)
- cerita lucu (8)
- cinta (22)
- pas band (29)
- software (57)
- tips n tutorial (19)
0 komentar